Blog | Beli Rumah | Belajar HTML dan PHP | Kontak | Gmail | Uang Adsense
Audit Sistem Informasi
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Pengobatan Ruqyah
Daftar Isi | Skripsi SI | B. Arab | Sertifikat Komputer Internasional | PrivacyPolicy | Inggris Arab

Saturday, November 16, 2013

Pengantar Pendidikan: Pengertian Pendidikan, Asas Pendidikan, Lingkungan Pendidikan, dan Aliran Pendidikan


[Rangkuman dan sebuah tanggapan sederhana]

Pengertian dan Tujuan Pendidikan
Pengertian pendidikan dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu:
1.      Pendidikan sebagai proses transformasi budaya
Pendidikan adalah kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi lain. Maka para pendidik harus berhati-hati dalam menjalankan suatu proses pembelajaran. Pendidik yang malas, tidak peduli peserta didik, kurang kasih sayang dan sifat negatif lainnya harus segera berhenti berperilaku demikian. Kalau tidak, para peserta didik akan mewarisi sikap negatif tersebut ke generasi selanjutnya.


Sebagai contoh, diyakini bahwa dosen itu mempunyai hak prerogatif terhadap nilai mahasiswa. Sehingga sangat kesulitan apabila ada mahasiswa yang meminta pemahaman terhadap nilainya yang dianggap sangat kecil. Kalau dosen bersangkutan tidak segera menghentikan sifat egois ini, ketika mahasiswa menjadi dosen, maka ia besar kemungkinan akan bersikap sama kepada mahasiswanya. Hak prerogatif tercampur baur dengan egoisme.

2.      Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi
Pendidikan adalah proses penyiapan warga negara, pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja. Ternyata teori ini sangat hebat. Namun sayang prakteknya tidak semulus teori. Kenapa banyak peserta didik atau mahasiswa yang kesulitan bekerja setelah lulus? Kenapa banyak peserta didik atau mahasiswa yang minim wawasan dan pengetahuan?

Apakah hal di atas terjadi sepenuhnya karena kesalahan peserta didik atau mahasiswa? Tidak adakah hal yang bisa diperbaiki dari pendidiknya?

Adapun tujuan pendidikan adalah memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Di atas sudah dipaparkan bahwa pengertian pendidikan itu sangat hebat untuk manusia dalam menghadapi kehidupan ini. Sekarang tujuan pendidikan, tampaknya tidak kalah luhurnya. Satu frase saja dari tujuan pendidikan tersebut bisa jadi renungan, yaitu “indah untuk kehidupan”.

Lalu, apakah banyaknya pengangguran itu tidak mengurangi keindahan hidup? Apakah jeleknya komunikasi peserta didik dan pendidiknya masih dianggap kehidupan yang indah? Sudah bertahun-tahun negeri ini menderita penyakit ini, apakah akan dibiarkan akut hingga penderitanya mati? Inilah tugas kita untuk memperbaikinya.

Landasan dan Asas-Asas Pendidikan
Landasan pendidikan mencakup: Landasan filosofis, sosiologis, kultural, psikologis, ilmiah dan teknologis. Satu saja yang kita renungkan dari landasan tersebut, kultural. Dengan merebaknya kegiatan mencontek ketika UN, apakah itu tidak berarti pendidikan kita sudah gagal ditinjau dari kultur Indonesia? Saya menduga kultur Indonesia itu suka kejujuran. Namun sayang para pejabat yang notabene lulusan pendidikan tinggi pun ternyata tidak jujur. Atau apakah kultur Indonesia itu memang tidak jujur?

Kenapa demikian? Mari kita ingat betapa banyaknya koruptor di negeri ini. Mereka seringkali segera menyangkal ketika diisukan telah melakukan korupsi. Agak berhenti bicara, ketika sudah divonis bersalah. Itu juga kalau diwawancara wartawan, kadang-kadang mereka masih ngoceh ngaku tidak bersalah. Lalu siapa yang tidak jujur, apakah pejabat bersangkutan atau penegak hukumnya? Kenapa susah mencari yang jujur dan tidak, padahal kedua pihak tersebut lulusan pendidikan tinggi, katanya?

Kalau yang maling (baca: korupsi) tidak jujur dianggap biasa, kenapa di negeri orang lain ada pejabat yang ketika dituduh melakukan tindakan melanggar hukum itu, ia langsung mengundurkan diri dari jabatannya? Apakah kultur Indonesia berbeda dengan negara tersebut dalam hal kejujuran. Kalau kultur Indonesia tidak suka jujur, lalu bagaimana nasib pendidikan negeri ini?

Asas-asas pokok pendidikan meliputi: Asas Tut Wuri Handayani, Asas belajar sepanjang hayat, Asas kemandirian dalam belajar. Dari ketiga asas tersebut, saya tertarik pada “Asas belajar sepanjang hayat”. Ini juga masih dilematis dalam prakteknya. Orang kaya dan cerdas mungkin tidak mengalami kendala dalam belajar formal. Namun sayang orang miskin dan bodoh tetap masih mengalami kesulitan untuk menikmati belajar sepanjang hayat, apalagi pendidikan formal.

Sebenarnya tidak hanya pendidikan formal, pendidikan non-formal juga si miskin dan bodoh tetap kesulitan, padahal mereka juga ada yang mau belajar, mereka ingin mengenal dunia ini lebih banyak lagi. Tapi nyatanya masih hanya sebuah mimpi, beli buku tak mampu, menghadiri seminar tak mampu, menghadiri forum-forum ilmu tidak sempat karena harus mengutamakan urusan dapur. Lalu, di mana asas pendidikan Indonesia yang menganut “belajar sepanjang hayat” itu? Apakah hanya semboyan?

Ada yang mengatakan belajar itu tidak selalu harus di sekolah formal, tidak harus di universitas, dan tidak harus membaca buku banyak, karena merenungi alam sekitar juga itu termasuk belajar; merenungi tindakan yang sudah dilakukan juga itu belajar; merenungi peristiwa yang sudah terjadi juga itu belajar. Kalau hanya demikian, dari mana ide kreatif untuk melakukan ketiga contoh perenungan tersebut kalau tanpa membaca buku? Bagaimana bisa melakukan perenungan tersebut dengan agak cepat kalau tidak pernah melihat guru seperti di sekolah/universitas?

Perkiraan dan Antisipasi terhadap Masa Depan
Perkiraan masyarakat masa depan dapat terlihat pada karakteristik berikut:
1.      Kecenderungan globalisasi yang semakin kuat,
Memang benar adanya. Hal ini terlihat dengan adanya dominasi bahasa Inggris. Begitu juga kehadiran Internet, tampaknya komunikasi antar bangsa semakin tidak terbatas.  Lalu, apa untungnya buat Indonesia yang hanya menjadi objek atau konsumen?

2.      Perkembangan iptek yang makin cepat,
Saya perhatikan betapa banyaknya orang Indonesia yang mengakses Facebook, Twitter, Path, dan lain-lain. Kesukaan mereka tampak sangat serius karena mereka mengaksesnya mulai dari rumah, kantor, kampus, jalan, hingga tempat-tempat lain tampaknya tidak mau lepas barang sebentar pun. Lalu, apakah mereka mampu mendapatkan Ilmu pengetahuan dari produk Teknologi Informasi tersebut? Apakah mereka sudah banyak meraup uang dari situs tersebut? Atau minimal apakah mereka sudah melakukan usaha untuk mendapatkan uang atau ilmu pengetahuan secara serius dari situs-situs tersebut? Kalau tidak, bersiaplah IPTEK akan melalaikan kamu.

3.      Perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat, Kebutuhan/tuntutan peningkatan layanan profesional dalam berbagai kehidupan manusia.
Ini sangat tampak di dunia maya juga. Kapanpun dan di manapun tampaknya kita sudah bisa mengakses informasi melalui Internet dengan up-to-second, bukan lagi up-to-date. Apakah kita mengakses atau menyediakan informasi yang bermanfaat atau hanya informasi main-main saja seperti yang berisi keluhan, gossip, dan informasi negatif lainnya?

Upaya pendidikan dalam mengantisipasi masa depan mencakup Perubahan nilai dan sikap, Pengembangan kebudayaan, Pengembangan sarana pendidikan. Upaya ini tampaknya masih sangat kurang dipraktekkan di negeri ini. Perubahan nilai dan sikap? Jangankan peserta didik, banyak pendidiknya pun tampak statis dalam nilai dan sikap negatif.

Pengembangan kebudayaan yang mana yang telah digarap serius oleh para pendidik negeri ini? Jangan-jangan upaya ini dianggap tugas para guru atau dosen kebudayaan saja. Coba, sudah sejauh mana upaya untuk memperbaiki budaya membaca bangsa ini? Hanya ditugaskan guru atau dosen, tanpa diberikan bagaimana sih cara membaca yang efektif dan menyenangkan itu? Yang ada hanya ditekan dengan tugas ini dan itu. Lha, mana bisa membaik budaya baca siswa dan mahasiswa kita ini kalau caranya demikian?

Pengertian dan Fungsi Lingkungan Pendidikan
Latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat. Keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai tripusat pendidikan.

Ketiga lingkungan tersebut masih harus terus ditata lebih serius agar menjadi lingkungan pendidikan yang baik. Di keluarga, anak dibiarkan tidak belajar. Di sekolah, anak hanya dijejali tugas yang ditundukkan dengan sanksi. Di masyarakat, anak tidak diperdulikan, apakah mau main game seharian? Apakah mau jajan habis puluhan ribu sehari? Yang penting saya untung, kata pedagang dan penyedia penyewaan game. Yang penting bukan anak saya, kata yang bukan orangtuanya. Itu (game dan jajan yang berlebihan) kan sudah jamannya karena jaman sekarang beda dengan jaman dulu, kata masyarakat yang ingin dikatakan gaul tapi tidak pernah belajar ilmu pergaulan.

Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, budaya), utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal.

Fungsi ini juga tampak tergerus dengan hadirnya produk Teknologi Informasi. Anak-anak jadi mendandani fisiknya tanpa kesopanan, jiwa sosialpun semakin terkuras karena hidupnya terlalu sering di dunia maya yang anti sosial, budaya pun semakin tidak dikenal karena membludaknya budaya dari luar negeri.

Aliran-Aliran Pendidikan
Aliran pendidikan meliputi: Aliran klasik dan gerakan baru dalam pendidikan, meliputi: Aliran empirisme, nativisme, naturalism, konvergensi, gerakan baru. Dua aliran pokok pendidikan di Indonesia, yakni: Perguruan kebangsaan taman siswa dan Ruang pendidik INS (Indonesia Nederlandsche School) Kayu Tanam.

Mengenai aliran ini saya tidak banyak tahu. Namun ketika mengingat Perguruan Kebangsaan Taman Siswa, saya jadi terinspirasi ingin rasanya mewarisi semangat belajar dan juangnya. Mereka belajar untuk menembus kegelapan alam pikiran, mereka juga berjuang untuk mewujudkan kemerdekaan. Semoga saja ini memberikan inspirasi kepada saya untuk mewujudkan Sekolah Para Penulis Lepas agar negeri ini tidak selalu dikatakan rendah baca dan tulis, tidak pula selalu berbuah pengangguran dari tahun ke tahun.

Permasalahan Pendidikan
Jenis permasalahan pokok pendidikan meliputi: masalah pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efisiensi pendidikan, masalah relevansi pendidikan.

Ternyata oleh penulis buku ini juga sudah dirumuskan dalam butir-butir kalimat simpel bahwa benar saja pendidikan di negeri kita ini masih bermasalah. Padahal awalnya saya sempat berhenti sebentar ketika menulis artikel ini karena saya merasa terlalu berlebihan menilai negatif pendidikan negeri ini, paragraf demi paragraf kok negatif terus.

Sistem Pendidikan Nasional
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) merupakan satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang saling berkaitan untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional. SISDIKNAS Indonesia ini disusun berlandaskan kepada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasar pada Pancasila dan UUD 1945 sebagai kristalisasi nilai-nilai hidup bangsa Indonesia.

Adapun Tujuan Pendidikan Nasional dinyatakan di dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 3. Tentang SISDIKNAS di atas dan UU ini mungkin saya tidak perlu banyak komentar karena ini hanya bukti baku yang bisa dilihat kapanpun oleh para pemerhati pendidikan negeri ini. Yang terpenting adalah semoga bukan hanya keren di atas kertas saja deh.

Pendidikan dan Pembangunan             
Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Dikatakan juga bahwa pendidikan mengarah ke dalam diri manusia, sedangkan pembangunan mengarah ke luar yaitu ke lingkungan sekitar manusia.

Jika manusia memiliki jiwa pembangunan sebagai hasil pendidikan, maka diharapkan lingkungannya akan terbangun dengan baik. Secara khusus, sumbangan pendidikan terhadap pembangunan adalah pembangunan atas penyempurnaan sistem pendidikan itu sendiri.

Untuk sub-bab ini, bangsa kita masih harus belajar banyak untuk mewujudkannya. Jangankan membangun negeri, membangun kampus sendiri saja belum ada itikad yang benar-benar baik. Jangankan membangun bangsa ini, peserta didik atau mahasiswa pun seringkali terlantar, bahkan ada kemungkinan juga mahasiswa menjadi objek bisnis beberapa kampus dan pemangku kebijakan yang tidak bertanggung jawab. Katanya kampus itu pusatnya kaum intelek, terpelajar, dan terdidik? Kalau kampus sudah negatif, lalu bagaimana di lingkungan luar?

Sebagai catatan besar, meskipun saya terlalu banyak memaparkan hal negatif dari pendidikan negeri ini, namun banyak juga hal positif hasil karya pendidikan kita saat ini, antara lain banyaknya pemenang olimpiade dari Indonesia, banyaknya siswa dan mahasiswa yang memenangkan perlombaan, banyak juga mereka yang melakukan penelitian seperti yang berbuah mobil, dan sebagainya. Namun yang saya rasakan, hasil karya mereka belum jadi solusi besar untuk bangsa ini. Entah apa yang salah? Apakah saya yang salah menilainya atau apa? Mungkin lebih baik para pakar yang bicara lebih banyak.

Sumber: Tirtarahardja, Umar dan Sulo, S. L. La. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :)

1 comment:

  1. perlu adanya evaluasi dan langkah perbaikan. tapi saya tidak tahu, apakah manajemen pusat melakukan langkah itu? namun hal yang dekat dengan kehidupan kita adalah masalah pendidikan di lingkungan terkecil kang. misalnya di kampus. waktu saya kuliah, semangat belajar mahasiswa belum begitu terlihat menggebu-gebu. ditawari konsep belajar kreatif saja masih bingung mereka. perlua ada pioneer di tingkat lingkungan terkecil yang diharapkan bisa memicu orang-orang sekitarnya untuk semangat belajar menuju kualitas belajar yang lebih baik. ya, seperti kata aa gym, mulai dari hal kecil, sekarang, dari diri sendiri. cuma opini saya aja yg mungkin slah ini.

    ReplyDelete