Blog | Beli Rumah | Belajar HTML dan PHP | Kontak | Gmail | Uang Adsense
Audit Sistem Informasi
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Pengobatan Ruqyah
Daftar Isi | Skripsi SI | B. Arab | Sertifikat Komputer Internasional | PrivacyPolicy | Inggris Arab

Thursday, June 9, 2016

Juara Kelas Hidup Miskin di Masa Tua



Hello Katabah!
Cerita ini terinspirasi dari kisah nyata setelah saya memperhatikan beberapa orang yang “gagal”, padahal mereka menduduki peringkat kelas Tiga Besar saat di sekolah. Ini ceritanya.


1. Juara Satu/Dua di SMA
Sebut saja namanya Si A. Ia seorang putra pedagang yang pas-pasan secara ekonomi. Namun, ia berprestasi baik di sekolah sehingga juara 1 dan 2 seringkali diraihnya secara begilir. Tahun ini juara 2, tahun depannya juara 1, begitu seterusnya.

Bagaimana nasibnya sekarang?
Bekerja di pabrik dan tidak terdengar kontribusinya kepada kampung kelahiran.

2. Juara 1 ketika SD
Sebut saja Si B. Ia ketika kelas 1 SD juara 2, setelah itu selalu ranking 1. Setelah dewasa, ia menikah dengan seorang pria. Wajahnya termasuk deretan tercantik di kelas. Tapi sayang, kini cerai dengan membawa seorang anak.

3. Juara Satu/Dua ketika SMA
Dapat dikatakan bahwa Si C ini pesaing berat Si A. Selain cerdas, ia anak seorang pendiri sekolah yang ketokohannya sangat dikagumi masyarakat sekitar. Lomba pidato pun sudah tembus kabupaten.

Bagaimana nasibnya sekarang?
Pernah jadi buruh pabrik, kemudian berjualan di pasar tradisional. Bahkan rumah pun belum selesai karena uangnya digunakan untuk membiayai tiga orang adiknya yang kuliah. Semoga bulan depan, mulai ada perubahan hidup lebih baik walaupun sangat besar tanggung jawabnya.

4. Juara satu/dua/tiga sejak SD sampai SMA
Si D ini kadang-kadang jadi juara 3, 2 atau 1. Cita-citanya setinggi langit untuk kuliah ke jenjang paling tinggi.

Bagaimana nasibnya sekarang?
Ia masih merintis usaha dan berencana melanjutkan S2 jika usahanya berhasil. Yang jelas, ia belum punya duit cukup.

5. Juara 2 ketika SMA
Menurut saya, Si E ini memang benar-benar sabar. Sudah bekerja ke beberapa perusahaan dalam negeri, kemudian jadi TKW ke Brunei dan Arab, membuka usaha sendiri, terakhir bekerja lagi di sebuah perusahaan barang.

Perjalanan karirnya tampak keren, tapi ia hingga sekarang belum nikah walaupun sudah usia di atas 40 tahun. Perempuan lagi…! Memang kalau nikah dengan yang asal-asalan bisa saja, masalahnya kalau calon suaminya pengangguran, bagaimana ngasih makannya ya…?

Melihat dari refleksi kehidupan di atas. Saya kadang bingung dengan kehidupan ini. Kesalahan apa yang telah mereka lakukan, padahal secara kasat mata mereka termasuk orang baik, bahkan ada yang saya kenal rajin ibadah.

Mungkin inilah yang dinamakan takdir dan manusia harus sabar dan tawakal menghadapi semuanya.
"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :)