Blog | Beli Rumah | Belajar HTML dan PHP | Kontak | Gmail | Uang Adsense
Audit Sistem Informasi
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Pengobatan Ruqyah
Daftar Isi | Skripsi SI | B. Arab | Sertifikat Komputer Internasional | PrivacyPolicy | Inggris Arab

Monday, June 30, 2014

Tips Membuat Teks/Naskah Ceramah Kuliah Subuh

Sebagian orang mengatakan bahwa ceramah itu tidak perlu membuat teks, tapi lebih baik spontan. Kalau membuat teks terlebih dahulu akan terkesan hapalan.

Pendapat di atas mampu menembus pikiran anak-anak sampai di kampung. Akibatnya, mereka ada yang kebingungan karena pembahasannya lupa lagi ketika sudah berdiri di depan mimbar.

Ayahku biasanya membuatkan teks pidato untuk kakak pada saat aku masih kecil. Saran beliau, kita harus tetap membuat teks pidato, adapun apabila kita mampu melakukan improvisasi, silahkan! Itu lebih baik.


Langkah ayah melatih kakak, Alhamdulillah bisa menembus perlombaan pidato tingkat kabupaten. Itu prestasi kecil bagi sebagian orang, tapi bagi keluarga saya prestasi besar karena kakak berasal dari kampung sekali.

Saya sendiri suka membuat teks ceramah walaupun buatan sendiri karena tidak ada yang membuatkan (ayah sudah meninggal sejak saya masih duduk di kelas 5 SD).

Teks yang telah dibuat, kemudian saya hapal lagi. Ketika menuju mimbar, teks tersebut saya bawa juga di saku. Bahkan kadang-kadang saya buka saja di atas mimbar.

Akan tetapi, selama saya tidak lupa, naskah ceramah tersebut dicuekin saja (tidak dibaca). Saya asyik berbicara dengan pokok bahasan yang sesuai dengan naskah dan bahasa yang spontan, plus improvisasi. Kata orang lain, hasilnya enggak jelek-jelek amat, walaupun sebagian teman suka muji juga. J

Setelah tingkat MA/SMA, saya sudah agak sering hanya membawa pokok bahasan ceramah saja, misal ada 3 poin atau 5 poin. Kemudian saya jelaskan seperti guru menjelaskan materi pelajaran di sekolah.

Namun langkah ini juga tidak tiba-tiba mulus. Walaupun saya hanya membawa pokok bahasan tanpa membuat naskah ceramah terlebih dahulu, biasanya saya 2 hari atau 1 hari sebelum tampil sudah berkali-kali melatih otak untuk membahas pokok bahasan tadi.

Kalau tanpa latihan dulu, seringkali bahasan kurang terarah. Bisa juga membuat saya lupa.

Jadi, singkatnya begini:
1.      Buat naskah ceramah sebelum tampil, baik dibuatkan orang lain atau oleh sendiri.
2.      Hapalkan naskah ceramah sampai lancar, termasuk intonasi dan mimiknya.
3.      Bawa naskah ceramah ke mimbar. Kalau kita lancar, tidak perlu membacanya.
4.      Kalau tidak mau membuat naskah ceramah, silahkan buat pokok bahasannya. Kemudian latihan 1 atau 2 hari sebelum tampil di umum.
5.      Kalau kita tidak begitu menguasai keilmuan tentang Islam, sebaiknya topik pembahasan terkait keutamaan saja seperti keutamaan puasa, keutamaan membaca Quran, dll., tidak perlu memaksakan diri membahas halal/haram, syah/tidak syah (Fikih).

Adapun cara membuat naskah ceramahnya antara lain:
1.      Pembukaan, bisa melihat contoh ceramah atau khutbah jumat, tapi tidak perlu terlalu panjang. Ini juga sudah cukup:
Subhanallah, walhamdulillah, walailaha illallah, wallahu akbar.

2.      Ambil 1 atau 2 dalil dari Quran atau hadits yang berkenaan dengan tema kita. Saya sendiri sering menggunakan 1 dalil saja agar waktu tidak habis dengan membacakan dalil. Bukankah kita ceramah itu membuat orang lain paham? Bukan mendengarkan hapalan dalil kita, kan?

Biasanya dalil Quran lebih saya utamakan.

3.      Biasanya panjang naskah 2 halaman cukup untuk durasi 10 atau 15 menit. Ini menggunakan spasi 1,5 tau 2 dan termasuk kalimat “Hadirin rahimakumullah” atau “Hadirin yang saya hormati”, atau ungkapan sejenisnya. Ungkapan ini juga biasanya tidak terlalu banyak, saya biasanya hanya ada 2 atau 3 selama ceramah 10 atau 15 menit.

4.      Saya sendiri agak sering menyelipkan guyonan, seperti pantun, penggalan lagu yang sedang populer diubah liriknya (tapi tidak dinyanyikan karena saya tidak bisa nyanyi).

Untuk poin 4 di atas ada kontroversi. Sebagian ustadz/orang tidak menyukainya karena ceramah itu bukan lucu-lucuan tapi harus penuh dengan ilmu. Namun saya sendiri berpendapat bahwa ceramah itu untuk refreshing (lebih tepatnya menyampaikan gambaran umum atau kuliah pengantar), karena untuk mengkaji ilmu sepenuhnya itu bukan dari ceramah, melainkan membaca buku dan diskusi. Jadi, saya masih mendukung ustadz-ustadz yang suka melucu, namun tidak perlu berlebihan. J


Semoga bermanfaat.
"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :)

1 comment:

  1. bikin teks ceramah sih nggak begitu sulit mas, soalnya ada referensi banyak, yang sulit adalah berceramah di depan orang banyak hehehe bikin gerogi ;)

    ReplyDelete