Blog | Beli Rumah | Belajar HTML dan PHP | Kontak | Gmail | Uang Adsense
Audit Sistem Informasi
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Pengobatan Ruqyah
Daftar Isi | Skripsi SI | B. Arab | Sertifikat Komputer Internasional | PrivacyPolicy | Inggris Arab

Saturday, August 1, 2015

MOS Gila Akhirnya Ketahuan!

Kalau saya sendirian yang melawan MOS atau Pengenalan Kampus ‘Gila’ (perpeloncoan) tidak banyak berpengaruh. Tapi kalau seorang Menteri Pendidikan yang melarang MOS ‘Gila’, semoga pengaruhnya sangat besar.

Saya teringat masa mahasiswa dulu, hampir setiap hari harus berdebat dengan kakak kelas (senior) karena saya tidak membawa yang ditugaskan mereka. Alasannya adalah bawaannya aneh-aneh, seperti:
1. Nasi Golkar artinya Nasi Kuning
2. Anak ikan hiu artinya ikan mas
3. Warna kaos kaki kanan dan kiri harus berbeda
4. dll.

Saya dengan tegas menolak perintah membawa makanan seperti di atas. Jadi, setiap hari saya hanya membawa nasi putih (nasi bungkus dengan lauk seadanya) dan air putih agar tidak kehausan dan tidak kelaparan selama di kampus seharian.


Saking ngototnya penolakan saya, kakak senior bosan juga. Akhirnya, saya dibiarkan saja tidak masuk barisan mahasiswa yang lain, tapi tidak dimarahi. Bagi saya, enggak masalah. Hi..hi..

Kadang-kadang sekarang juga, saya tawarkan kepada tetangga yang punya anak sedang mengikuti MOS atau Pengenalan Kampus: “Jangan menuruti perintah aneh-aneh kakak kelasnya. Kalau dipermasalahkan oleh sekolah, saya siap bantu!”

Sayangnya, jarang sekali orangtua yang berani menerima tawaran saya. Katanya: “Takut” atau “Anaknya tidak berani”.

Semoga tahun ini menjadi awal perubahan MOS menjadi lebih positif dan mendidik.

Jangan lupa, MOS gila atau perpeloncoan itu tidak hanya membawa makanan atau pakaian yang aneh-aneh, seperti tas dari karung goni, dikalungi bekas botol air mineral, warna kaos kaki kanan dan kiri berbeda. Akan tetapi, tugas yang tanpa pertimbangan matang juga bisa termasuk perpeloncoan tuh (menurut saya).

Misal:
Menyuruh pakaian dengan mode tertentu, misal kebaya atau batik.

Ingat, tidak semua siswa/mahasiswa memiliki kebaya atau batik. Padahal waktu yang diberikan hanya semalam. Hari ini ditugaskan, besoknya kebaya atau batik harus sudah dipakai. Menurut saya, ini juga ‘gila’!

Mungkin ada yang membela: “Kreatif dong, kalau enggak mampu beli, pinjam tetangga dong…!”

Pembelaan di atas saya nilai sebagai tindakan tidak mendidik. Bukankah generasi kita ini ingin dididik sebagai produsen, bukan konsumen; menjadi orang yang mampu meminjamkan, bukan mengemis untuk meminjam baju tetangga? Ingat nih!

Bahkan saya dulu menolak sanksi senior karena saya mengenakan celana yang warnanya agak berbeda dengan warna celana seragam SMA karena saya pinjam dari tetangga yang kerja di pabrik. Hi..hi..

Saya debat tuh senior “Masa hanya beda sedikit warna celana, saya harus pulang dulu ke kampung yang membutuhkan waktu hampir sehari karena tidak ada angkutan? Lebih baik kita belajar berdebat saja, daripada menuruti tugas-tugas yang enggak jelas tujuannya.” Sang senior enggak bisa ngomong lagi. Hiks..hiks..

Intinya, kita harus berpikir dulu sebelum menuruti perintah MOS yang enggak jelas. Kalau kita sebagai pengelola sekolah atau kampus, beranikan saja untuk mengusulkannya kepada kepala sekolah atau rektor agar dibubarkan. Saya sendiri sudah pernah melakukannya dan berhasil. MOS ‘gila’ dibubarkan kepala sekolah atas usulan saya. Aman-aman saja tuh…!

Yuk, tolak MOS perpeloncoan alias yang enggak jelas! Bahkan tugas guru yang hanya merepotkan orangtua juga bisa kita tolak! Saatnya guru atau dosen juga menerima nasihat dari kita (sebagai siswa/mahasiswa atau orangtua).


Merdeka…! Ha..ha..
"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :)

No comments:

Post a Comment