Blog | Beli Rumah | Belajar HTML dan PHP | Kontak | Gmail | Uang Adsense
Audit Sistem Informasi
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Pengobatan Ruqyah
Daftar Isi | Skripsi SI | B. Arab | Sertifikat Komputer Internasional | PrivacyPolicy | Inggris Arab

Thursday, December 17, 2015

Humor Tak Centil, Tapi Nyentil 2

Hello Katabah!
Ini e-book “Humor Tak Centil, Tapi Nyentil” kaidah 2:
Udin Minta Restu Kiai Untuk Mengelola Sekolah

“Eh Kang Udin, silahkan masuk! Sore-sore begini ke sini, ada apa ya?” kata Kiai Komar.

“Maaf Pak Kiai kalau merepotkan. Saya diminta warga di kampung untuk mengelola sekolah. Bagaimana menurut pandangan Kiai? Apakah saya mampu?”

“Oh,kalau itu Kang Udin sendiri lebih tahu. Mampu atau tidak, minat atau tidak, Kang Udin bisa memutuskan sendiri,” kata Kiai Komar.

Sang Kiai pun menambahkan: “Pesan saya, yakinlah ketika membuat keputusan, jangan ragu selama itu dianggap baik! Menurut ulama Fiqih: ‘keyakinan itu tidak dapat dihilangkan dengan keraguan’.”

Karena melihat Udin masih mengerenyitkan dahinya, Kiai meneruskan ucapannya, ada hadits Nabi yang menyatakan: ‘Jika seseorang di antara kalian menemukan sesuatu di dalam perut, kemudian sangsi apakah telah keluar sesuatu dari perutnya atau tidak, maka janganlah keluar dari mesjid, sampai mendengar suara atau mencium bau.’

“Jadi, hanya karena sedikit ragu, kita tak perlu mondar-mandir masuk kamar mandi, bukan? Jika Kang Udin dianggap salah dalam membuat keputusan, padahal bentuk kesalahannya belum jelas, maka janganlah kamu menyerah. Tapi komunikasikanlah terlebih dulu, apakah benar salah atau mereka sudah salah menilai keputusan kita?” Sang Kiai bicara panjang lebar.

“Kalau begitu, saya mohon izin, Pak Kiai!” kata Udin.

“Saya juga tidak perlu memberi izin karena izin sekolah itu dari masyarakat sekitar dan pemerintah,” kata Kiai tersenyum.

“Ah Kiai, bisa saja!” Udin ikut nyengir.

“Saya mohon doa dan restu, mohon bimbingan dari Pak Kiai!” Udin menegaskan kembali permintaannya.

“Ya, saya doakan, tapi sebenarnya urusan pengelolaan sekolah, Kang Udin lebih paham dari saya. Bukankah Kang Udin sudah kuliah Manajemen Pendidikan. Lha, saya lulus SMA juga paket C! Nanti, kalau ada waktu sempatkan kembali lagi ke pesantren biar ada masukan pengalaman dari Kang Udin ya…!”

“Terima kasih, Pak Kiai. Saya pamit.”


Udin pun kembali ke kamarnya untuk siap-siap berangkat esok pagi. Sambil membereskan buku-buku ke tas, hati Udin terus muji-muji Kiainya: “Ini orang benar-benar kiai! Cerdas dan sukses, tapi tetap rendah hati dan legowo nerima masukan dari para santrinya. Bahkan beliau seringkali terlihat risih ketika tangannya dicium para santri. Beliau tidak mau dipanggil kiai. Beliaupun seringkali tidak mau diperlakukan istimewa sebagai kiai.” 
"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :)

No comments:

Post a Comment