Blog | Beli Rumah | Belajar HTML dan PHP | Kontak | Gmail | Uang Adsense
Audit Sistem Informasi
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Pengobatan Ruqyah
Daftar Isi | Skripsi SI | B. Arab | Sertifikat Komputer Internasional | PrivacyPolicy | Inggris Arab

Tuesday, June 14, 2016

Tersentuh Mendengar Alunan Quran, Benarkah?



Hello Katabah!
Kadang-kadang saya melihat ada orang yang betapa reaktifnya ketika mendengar al-Quran dibacakan oleh seseorang yang suaranya merdu. Kalimat-kalimat thayyibah pun terucap dari mulutnya sambil sedikit menggeleng-gelengkan kepala.


Ada juga yang mendengarkan bacaan al-Quran sambil mata berkaca-kaca seraya mengucapkan: Allahu akbar…! Subhanallah…! Masya Allah…!

Kebiasaan di atas memang tidak aneh apalagi setelah mereka tahu bahwa ayat-ayat Quran itu adalah syair tingkat tinggi yang tidak ada satu pun penyair ulung Quraisy mampu membuat satu ayat pun.

Suara merdu yang dilantunkan dengan irama “melankolis” pun kemungkinan besar mampu membuat hati para pendengar terenyuh.

Ditambah lagi suasana yang agamis pasti ikut mempengaruhi hati kita. Ketika kita berkumpul bersama preman di terminal pasti berbeda dengan ketika kita berkumpul bersama kiai shaleh di mesjid.

Namun, ada sedikit kekhawatiran. Saya khawatir masih ada orang yang tampak takjub mendengar bacaan Quran itu hanya terbawa situasi. Mereka tidak mengerti apa maksud dari ayat yang dibacakan, tapi karena teman-teman di sekitarnya bertakbir, maka ia hanyut terbawa suasana.

Kekhawatiran ini pernah saya alami juga. Saya hampir merasa sangat menikmati bacaan Quran. Suaranya merdu sekali. Untaian katanya indah sekali. Sampai mata saya berkaca-kaca dan segera ingin menjadi orang shaleh. Tapi sayangnya, saya tidak paham isi bacaan Quran yang dimaksud.

Akibatnya?
Setelah bacaan Quran itu selesai dibacakan oleh seorang qari, selesai pula rasa syahdu di dalam hati ini. Setelah keluar dari  mesjid, maka kembali lagi ke aktivitas sehari-hari yang tidak terlalu kental dengan muatan spiritual.

Bahkan saya pernah khawatir,
Jangan-jangan saya bisa menangis mendengarkan ayat suci al-Quran yang dibacakan dengan nada melankolis walaupun makna sebenarnya kita dilarang menangis. Enggak etis, kan?

Satu lagi kekhawatiranku,
Jangan-jangan rasa ingin menangis ketika mendengar Quran sama dengan rasa ingin menangis ketika mendengarkan lagu-lagu sedih yang berisi ratapan melankolis histeris.

Semoga kekhawatiran di atas tidak menimpa kita semua.

Catatan:
Mohon maaf, jika penggunakan kata “melankolis” terasa kurang tepat karena saya kesulitan mencari padanan kata untuk menunjukkan bacaan yang bisa membuat orang hanyut terbawa perasaan, sedih, pilu dan rindu.
"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :)