Melihat beberapa buah sirsak milik tetangga berada di kebunku karena rantingnya yang memanjang ke dekat saung Katabah, Abah jadi ingat masa kecil ada pohon rambutan besar sebagian dahan dan rantingnya berada di atas tanah ayah (Sunda: ngaroyom). Sang pemiliknya - yang masih saudara jauh, membolehkannya untuk dipungut saat ada yang jatuh, bahkan dipanjat metik sendiri. Rasanya masam sekali, tapi bagi Abah yang masih anak-anak terasa makan rambutan sungguhan yang manis-manis dijual di pasar (rambutan tunun).
Saat difoto, buah sirsaknya sudah siap-siap untuk dipanen. Sekarang, sudah tiada karena sudah dipanen oleh empunya. Mau tahu cerita panennya? Buah sirsak itu jatuh sendiri dari pohonnya ke kebun Abah menimpa pot kangkung darat. Sang empunya pasti tidak melihatnya karena terhalang tembok kebun yang baru saja dibuat setinggi orang dewasa. Abah simpan saja di meja dekat pohonnya. Eh lupa tidak memberitahukan ke empunya.
Saat panen, Abah tanya: Apakah buah sirsak yang di simpan di situ busuk enggak, Pak? "Tidak, masih bagus" katanya. "Saya kira itu buah jatuh sendiri ke atas meja, tapi tidak belah sedikit pun" ia tertawa. Abah juga ikut tersenyum. hi..hi..
Si Bapak kesulitan memetik buah-buah berikutnya karena takut jatuh ke kebun Abah. Setelah dibiarkan dan nanti Abah akan ambilkan, baru si Bapak berhasil panen 3 buah sirsak.
"Ini buat Abah satu, kalau mau lagi kita metik lagi," kata Si Bapak.
"Tidak usah," saya nolak. Kasihan, masa sesama tetangga harus disuruh bayar pajak. ha..ha..
Si Bapak terus maksa mau ngasih sirsak. Saya bilang: "Tenang saja Pak, kalau nanti sedang mau, akan metik yang satu lagi seperti pada foto di bawah ini:
Buah ini benar-benar sudah pasrah nempel di dinding tembok kebun sebelah kebun Abah. Orang lain nanam, Abah ikut panen gitu.....? Malu ah.... :)
Baca juga:
Kebun Lada Panen Sebelum Berbuah
Foto Bunga Kuning Putih Mekar di Pekarangan Rumah
|
"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
|
|
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :) |
|
|
No comments:
Post a Comment