Blog | Beli Rumah | Belajar HTML dan PHP | Kontak | Gmail | Uang Adsense
Audit Sistem Informasi
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Pengobatan Ruqyah
Daftar Isi | Skripsi SI | B. Arab | Sertifikat Komputer Internasional | PrivacyPolicy | Inggris Arab

Sunday, February 24, 2013

Benarkah Takdir dapat Diubah?



Benarkah Takdir dapat Diubah?


Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk sebuah perdebatan. Akan tetapi, hanya sedikit buah pikiran yang dipadu pengalaman riil dalam kehidupan ini. Perdebatan mengenai topik ini hanya boleh dilakukan oleh pakarnya. Dalam hal ini, saya tidak berkompeten untuk memperdebatkannya.

Lalu kenapa harus menulis topik ini? Semoga saja menjadi setitik solusi untuk seseorang yang sedang kebingungan memahaminya.

Mari kita simak beberapa pemahaman tentang taqdir:

“Allah itu tergantung prasangka hambanya.
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga kaum tersebut mengubah nasib dirinya sendiri.”

Kedua konsep di atas menunjukkan bahwa kalau manusia mau berikhtiar, maka pasti ada jalan untuk mencapai tujuannya. Lebih konkrit lagi, saya memahami beberapa nada dari para penceramah/motivator bahwa
“Kalau kita berusaha keras untuk menjadi orang kaya yang banyak uang, maka kita akan banyak uang.

Kalau kita berusaha keras untuk menjadi orang cerdas, maka kita akan menjadi orang cerdas seperti masuk 10 besar di kelas.”

Dengan pemahaman di atas, tidak sedikit orang yang merasa kebingungan karena usaha/kerja kerasnya selalu gagal. Dan mereka seringkali mendapatkan vonis bahwa jalan yang ditempuhnya salah, jalan yang ditempuhnya jalan kemiskinan, jalan yang ditempuhnya jalan kebodohan. Padahal orang yang melakukannya sama sekali tidak mencoba jalan kemiskinan dan kebodohan itu secara sadar.

Orang dengan konsep ini terus sibuk memperbaiki diri dan menilai bahwa apa yang dilakukannya memang salah. Sehingga seringkali melupakan hal lain, selain tujuannya uang yang banyak dan ilmu yang mumpuni.

Dengan konsep di atas, khusus saya sendiri merasakan hati ini semakin keras dan jauh dari Allah ketika terus mengalami kegagalan dalam hidup ini.

Adakah konsep lain?
Ada, seperti ini:
Allah berhendak atas makhluk-Nya.
Allah Maha Mengetahui apa yang dibutuhkan oleh makhluk-Nya.
Allah memberikan anak kepada Nabi Zakaria, padahal isterinya mandul.

Dengan melihat konsep kedua di atas, maka benar-benar manusia tidak berdaya. Apa yang dianggap tidak mungkin menurut manusia, maka sangat mungkin terjadi menurut Allah. Kalau manusia menginginkan sukses di bidang ‘A’, Allah sangat berkehendak memberikan suksesnya di bidang ‘B’.

Dalam contoh lain, saya teringat bahwa dakwah itu hanya menyampaikan kebenaran ajaran Islam, bukan memaksa orang lain untuk masuk Islam, karena masuk Islam itu hidayah, dan hidayah merupakah hak prerogatif Tuhan.

Sebagai contoh tambahan lagi, sehebat apapun usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan uang banyak dan pendidikan formal tinggi, kalau Allah tidak berhendak, maka tujuan tersebut tidak akan tercapai. Bahkan bisa jadi orang yang berharap mendapatkan uang banyak dan pendidikan formal tinggi, malah diberikan kemiskinan dan kegagalan dalam kuliahnya. Ini bisa kita simak dari pengalaman beberapa orang yang mengalaminya langsung, seperti seorang mahasiswa.

Singkat kata, kedua konsep di atas benar-benar terjadi dalam hidup ini. Dengan demikian, saya mengambil keputusan untuk menerima kedua konsep tersebut.

Sebagai penyemangat ikhtiar, saya menggunakan konsep pertama bahwa “taqdir itu bisa diubah”

Sebagai penyelamat iman ketika serba gagal, maka saya menggunakan konsep kedua bahwa “taqdir itu tidak bisa diubah”.

Kenapa saya memilih keduanya? Apakah karena plin-plan?
Entahlah, plin-plan bukan saya yang harus menilai. Yang jelas, saya sendiri mengalami kedua konsep tersebut di atas. Benar-benar keduanya terasa menimpa diri saya sendiri. Wallahu’alam.

Apa akibatnya menerapkan kedua konsep di atas?
Khusus bagi saya, lebih terasa nyaman ketika memaksimalkan ikhtiar dan lebih terasa lapang dada untuk menerima hasil yang tidak sesuai keinginan.

Mungkin ini bisa jadi renungan kita semua:
Di saat membutuhkan uang, karir kita hilang.
Di saat ingin menyelesaikan kuliah, semangat dan ide untuk menyelesaikan tugas akhir kuliah hilang.

Apakah kedua kejadian di atas hanya dialami oleh orang malas?
Apakah kedua kejadian di atas tidak mungkin terjadi?
Apakah kedua kejadian di atas hanya alasan yang dibuat-buat?

Semua jawabannya diserahkan kepada masing-masing kita. Yang jelas, saya pernah mengalami keduanya. Karena itulah, harapan satu-satunya yang saya terus jaga adalah ‘setitik iman’, karena kedua kejadian di atas juga akan berimbas pada degradasi mental dan iman kita. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun.
"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :)

No comments:

Post a Comment