Blog | Beli Rumah | Belajar HTML dan PHP | Kontak | Gmail | Uang Adsense
Audit Sistem Informasi
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Pengobatan Ruqyah
Daftar Isi | Skripsi SI | B. Arab | Sertifikat Komputer Internasional | PrivacyPolicy | Inggris Arab

Friday, March 1, 2013

Keunggulan Tulisan Fiksi



Keunggulan Tulisan Fiksi

Berbicara sebuah tulisan, masing-masing punya keunggulan, baik fiksi maupun non-fiksi, baik artikel ilmiah maupun cerpen. Apalagi kalau digali dari segi sastra, mungkin akan membuahkan nilai-nilai luhur dari sebuah cerpen sekalipun.

Satu frase yang sering saya dengar, “nilai rasa”. Inilah yang sering disodorkan dalam sebuah karya sastra. (mohon maaf kalau saya salah)

Tapi tentang faktor-faktor sastra, saya serahkan kepada ahlinya saja, para ahli sastra. Saya kurang tahu tentang hal tersebut. Namun mencoba mencari keunggulannya dari sisi ilmiah, ternyata saya tertegun juga peran tulisan fiksi untuk sebuah pesan ilmiah.

Saya pikir penyajian pesan ilmiah dalam sebuah tulisan fiksi seperti cerpen dan puisi akan membuat penulis lebih ekspresif dan bebas dari kekhawatiran dijebloskan ke penjara. He..he..

Kan kita tahu, berkomentar tentang layanan suatu lembaga bisa dituntut dengan UU ITE. Mengkritisi sebuah dunia pendidikan, bisa-bisa ada yang merasa dicemarkan nama baiknya, sehingga bisa berujung ke meja hijau. Hi….ngeri….!

Padahal, saya punya dugaan kuat bahwa “orang-orang lemah” ada yang mengetahui keburukan perilaku orang-orang kuat seperti para pemimpin, yang mengaku sebagai pendidik, dan lain-lain. Akan tetapi, mereka tidak berani berkata sebenarnya karena takut tidak cukup bukti di hadapan hukum.

Memang ada positifnya, komunikasi kita dibatasi dengan rambu-rambu hukum. Akan tetapi, tidak benar juga kalau yang melapor setahunya, semampunya tentang tindakan yang diduga salah yang dilakukan seseorang harus berujung pada senjata makan tuan. Ini harus ada keseimbangan! Untuk sementara biar bahasa fiksilah yang menjawabnya!

Coba bayangkan kasus berikut ini:
1. Mahasiswa ingin mengkritik dosen. Waaaaahh……mana berani, takut tidak lulus, bahkan bisa saja balik dituntut ke pengadilan sebagai pencemaran nama baik. Padahal saya yakin sebagian dosen harus dikritik.

2. Orang awam ingin marah pada pemerintah setempat. Waaaaahhhh…..mana berani, nanti langsung dihadapkan di muka rapat dengan bahasa yang tidak dimengerti, sehingga kebenaran orang awam bisa tertutup dengan kelihaian pejabat dalam bahasanya. Yang ada malah, bengong…..!

3. Muslim awam ingin mengungkapkan bahwa ia kehilangan Tuhan. Waduuuuuh….mana berani, bisa-bisa sebagian ulama marah dan langsung mencap kafir alias murtad.

4. Dan kasus lainnya.

Nah, ketiga contoh di atas, kalau disajikan dalam bahasa fiksi tampaknya akan aman untuk dikonsumsi publik seperti pada sebuah blog. Mantap bukan….!

Kalau tidak dipahami oleh mereka yang kita kritik, minimal kita tidak stres membungkam unek-unek di dalam hati sendiri. Ya syukur-syukur kalau mereka mengerti.
"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :)

No comments:

Post a Comment