Blog | Beli Rumah | Belajar HTML dan PHP | Kontak | Gmail | Uang Adsense
Audit Sistem Informasi
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Pengobatan Ruqyah
Daftar Isi | Skripsi SI | B. Arab | Sertifikat Komputer Internasional | PrivacyPolicy | Inggris Arab

Wednesday, June 5, 2013

Fenomena Filsafat Yang Menyeramkan



Saya agak sering mendengar mahasiswa yang tidak suka Filsafat enggan mempelajarinya, karena Filsafat tampak menyeramkan di benak mereka. Dengan Filsafat bisa membuat seseorang berpikiran aneh. Benarkah?


Sedikit referensi yang pernah dibaca, memang Filsafat itu melatih ketajaman berpikir. Kenapa kita hidup? Kenapa kita harus menyembah Tuhan? Siapa Tuhan itu? Benarkah Tuhan itu ada? Mungkin pertanyaan seperti itulah yang beberapa kali saya tangkap dari tulisan dan obrolan ringan tentang Filsafat.

Untuk sebagian kalangan, memikirkan pertanyaan seperti di atas hampirlah tabu, karena dianggap akan mengusik keimanan. Bahkan boleh saja sesat. Hiks…hiks.. Akan tetapi, tampaknya itu hanya sebagian pembelajar saja yang tampak berperilaku aneh negatif, sebagian yang lainnya bisa tampil bijak dengan filsafat. Betapa tidak, kejayaan Bani Abbasiyah merupakan tempat berkembangnya filsafat dalam dunia Islam, padahal ia bersumber dari Yunani.

Yang saya perhatikan, seseorang bisa dipandang aneh negatif ketika berperilaku atau bersikap tanpa menggunakan teknik komunikasi yang baik. Di depan buruh kasar yang tidak pernah menyentuh buku, mereka bicara asal usul Tuhan. Ya jelas, para buruh tersebut akan menggigil ketakutan. Di depan santri yang jarang membaca wawasan mempertanyakan kedudukan Tuhan dan manusia. Ya jelas saja santri tersebut akan terus mengumandangkan istighfar.

Sebenarnya, bukan hanya Filsafat yang seringkali membuat pendengarnya laksana tersambar petir. Satu lagi, Tasawuf. Sebagian kalangan menghukumi bahwa Tasawuf itu sesat. Kejadian di masyarakat adalah ketakutan terhadap ajaran Tasawuf yang ditampilkan oleh para pengaku sufi (penganut  Tasawuf) yang miskin, anti bermasyarakat, tapa di kamar, atau yang lainnya.

Benarkah Filsafat dan Tasawuf akan menimbulkan kesesatan?
Sampai saat ini keduanya masih perdebatan. Yang terpenting adalah bagaimana kita menempatkan keduanya dalam keadaan yang tepat? Kita bicara Filsafat di depan orang yang mengenalnya. Kita bicara Tasawuf di depan orang yang tidak alergi padanya. Cara ini mungkin akan relatif aman dari menimbulkan keresahan di masyarakat umum.

Perlu diingat juga bahwa referensi Filsafat dan Tasawuf itu sangat banyak, bukan hanya yang “berduri” saja. Saya sendiri, baru sebesar butiran debu membacanya, karena harus membaca referensi yang lain. (ngeles….)

Kenapa saya masih mau membaca keduanya, tidakkah khawatir sesat?
Ah tidak juga. Selama kita yakin bahwa Allah akan membimbing kita, siapa yang bisa membuat kita sesat, bukan? Apalagi hanya karena Filsafat dan Tasawuf yang total ilmunya hanya setitik ilmu Allah. Berdoa saja sebelum mempelajarinya. Kemudian, buka kepala kita agar tidak berpola pikir tertutup dan eklusif.

Perlu diingat bahwa orang yang tidak kritis terhadap keyakinannya juga belum tentu selamat, karena boleh jadi ia tidak mempertanyakan sesuatu yang “aneh” (tidak lazim), karena ia tidak terpikirkan, karena ia belum sempat membaca. He…he.. Ya idealnya tidak berpikir macam-macam (aneh-aneh) setelah membaca banyak referensi. Ini yang saya mimpikan….!
"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :)

4 comments:

  1. kalau dalam belajar tasawwuf, kita harus punya pembimbing mas yg disebut murshyid, supaya gak salah paham dan lepas alur. Dulu tertarik sama tasawuf sih waktu nyantri, sekarang udah didunia luar. ada lagi banyak ilmu yg menarik untuk di pelajari.

    wajar sih, filsafat kan kadang harus mikir susah, sedang orang sini enaknya hasil produk yg udah jadi aja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tambahan ilmu nih. Makasih mas.

      Iya juga, mie instan berlaku pada banyak aspek, mikir instan, uang instan, kekuasaan instan. Wuuuh, semoga saja banyak generasi muda yang masih mau mikir "susah". he..he..

      Delete
  2. Please read again the book about tasawuf. tarikot and tasawuf are different. maybe you mix tasawuf and tarikot.

    ReplyDelete