Sebagian mahasiswa ada yang merasa dirinya lebih unggul dibandingkan non-mahasiswa (pendidikannya yang lebih rendah). Namun disayangkan seringkali saya melihat mahasiswa saat ini banyak yang hanya bangga dengan gaya dan status mahasiswanya, bukan dengan karyanya.
1. Masih adakah mahasiswa yang tidak suka membantu mencangkul ayahnya ketika pulang kampung?
2. Masih adakah mahasiswa yang memasak di dapur?
3. Masih adakah mahasiswa yang tampil keren-keren untuk sekedar mejeng di kantin?
4. Masih adakah mahasiswa yang sukanya jalan-jalan dan makan-makan mulu berdalih kerja kelompok?
5. Masih adakah mahasiswa yang meminta kepada orangtuanya laptop yang mahal-mahal, padahal dipakai ngetik juga jarang karena mereka hanya sibuk Facebookan dan Twitteran yang kurang guna?
Saya rasa, jawabannya masih ada. Kalau demikian, mahasiswa sebagai agen perubahan hanya baru basa-basi.
Suatu saat, saya merindukan mahasiswa yang berhati tulus, berbuat untuk umat manusia menurut kemampuannya masing-masing. Bahkan saya pernah mendengar isu, beberapa dosen masih kesulitan mengumpulkan credit point dari “program pengabdiannya”, karena jangankan mengabdi kepada masyarakat, mahasiswa sendiri saja tidak diperhatikan. Kalau dosennya rendah pengabdiannya, lalu mahasiswa mau ikut-ikutan?
Sudahlah kita jangan terlalu menuntut orang lain. Kita lakukan sesuai kemampuan kita. Yang bisa demo, lakukanlah sesuai prosedur yang benar! Yang bisa menyebrangkan orangtua di jalan, ya lakukanlah dengan penuh kasih sayang. Yang bisa nulis, maka nulislah dari sekarang di buku, di blog, di surat kabar, dll. sesuai kemampuan juga!
"Boleh Konsultasi Masuk Jurusan Sistem Informasi via IG atau Tiktok."
|
Tips Skripsi Program Studi Sistem Informasi |
|
ya. betul mas, mari kita berkarya semampu kita. Dan semoga para mahasiswa yang bergabung di kitaabah adalah mahasiswa terbaik ya, aamiin
ReplyDeleteMari-mari. Dan terimakasih sudah bergabung di Kitaabah, Mas :)
Delete