Blog | Beli Rumah | Belajar HTML dan PHP | Kontak | Gmail | Uang Adsense
Audit Sistem Informasi
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Pengobatan Ruqyah
Daftar Isi | Skripsi SI | B. Arab | Sertifikat Komputer Internasional | PrivacyPolicy | Inggris Arab

Monday, March 4, 2013

Bagaimana Nasib Bahasa Sunda Saat Ini?



Bagaimana Nasib Bahasa Sunda Saat Ini?


Sudah agak lama, pemerintah Jawa Barat menaruh perhatian lebih baik pada perkembangan bahasa Sunda. Sebagai bahasa daerah harus terus dilestarikan agar nilai-nilai budaya Sunda dapat dipertahankan juga. Begitulah kira-kira alasannya.

Upaya yang dilakukan antara lain diwajibkannya bahasa Sunda masuk pada kurikulum sekolah, juga adanya festival atau perlombaan yang terkait denga kesundaan. Salah satunya angklung sudah “Go International”.

Bagaimana keadaan bahasa Sunda di lapangan?
Saya pernah berkomunikasi langsung dengan masyarakat sekup kecil di Bogor, Sumedang, dan Tasikmalaya. Ternyata dalam komunikasi formal, bahasa warga tampak lebih nyaman menggunakan bahasa Indonesia, padahal saya sendiri sebagai lawan bicaranya menggunakan bahasa Sunda.

Kenapa mereka tidak nyaman menggunakan bahasa Sunda?
Jawaban yang diperoleh adalah mereka tidak percaya diri karena bahasa Sundanya kasar, katanya. Bahkan di kalangan mahasiswa, bahasa Sunda sudah terlindas dengan bahasa Inggris. Hal ini terlihat ketika mereka bicara dengan menyelipkan istilah-istilah asing dalam bahasa Inggris.

Apakah warga atau mahasiswa salah?
Tidak juga. Seseorang akan menggunakan bahasa apabila bahasa tersebut akan memberikan keuntungan. Keuntungan dari sebuah bahasa adalah berupa peluang akses terhadap pengetahuan dan teknologi. Sementara itu, bahasa Sunda hampir tidak punya andil sama sekali dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Jawa Barat atau wilayah priangan. Warga sering memperoleh IPTEK melalui penggunaan bahasa Indonesia, bahkan Inggris. Dengan demikian, tidak aneh kalu bahasa Sunda kurang mampu mengundang simpati publik, kecuali pihak-pihak yang berkepentingan saja, seperti mahasiswa jurusan bahasa sunda dan para peneliti kesundaan.

Dalam harian Pikiran Rakyat pernah dibaca bahwa publikasi dalam bahasa Sunda cenderung ke arah sastra, seperti dongeng, cerpen, dan sejenisnya. Saya saja yang masih sering menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa lisan, sudah jarang sekali membaca referensi dalam bahasa Sunda. Tidak terbayang, mereka yang bahasa lisannya sudah bukan bahasa Sunda…!

Jadi, nasib bahasa Sunda saat ini kurang beruntung. Ini menurut saya. Karena semua kegiatan ilmiah saya sendiri, seringkali hanya melibatkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bahkan kadang-kadang saya cenderung lebih banyak menyisipkan kutipan bahasa Arab dibandingkan bahasa Sunda. Kenapa? Apakah saya tidak mau menggunakan bahasa Sunda? Bukan, tapi saya agak khawatir tulisan saya dalam bahasa Sunda, tidak ada pembacanya. Bahkan sekarang saya cenderung mengarah ke bahasa Inggris, karena para peminat tulisan saya lebih terbuka pada bahasa asing tersebut.

Mungkin solusinya, perhatian dari berbagai pihak terhadap penggunaan bahasa Sunda harus lebih ditingkatkan. Seperti adanya website yang membayar penulis tamu dalam bahasa Sunda.
"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :)

No comments:

Post a Comment