Blog | Beli Rumah | Belajar HTML dan PHP | Kontak | Gmail | Uang Adsense
Audit Sistem Informasi
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Pengobatan Ruqyah
Daftar Isi | Skripsi SI | B. Arab | Sertifikat Komputer Internasional | PrivacyPolicy | Inggris Arab

Wednesday, November 4, 2015

Nabi Muhammad Ummi Tidak Bisa Baca Tulis Dalil Quran dan Bahasa Arab

Hello Katabah!
Sebelumnya, saya telah membahas tentang makna “ummi” yang disematkan kepada Nabi Muhammad saw pada artikel “Nabi Muhammad Ummi (Tidak Bisa Baca Tulis) Dalil Quran dan Bahasa Arab”.

Sekarang, saya membaca dalil Quran yang menyatakan bahwa Rasulullah itu tidak bisa baca-tulis pada Q.S. al-‘Ankabuut 29: 48:


وَمَا كُنْتَ تَتْلُوْا مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَبٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِيْنِكَ إِذًا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُوْنَ

Artinya:
“Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).”

Untuk memahami ayat Quran di atas sebaiknya melibatkan sumber penafsiran yang lengkap agar tidak salah persepsi.

Ah, kalau sudah jelas seperti yang ada dalam terjemahan di atas, untuk apa ada tafsir lagi?
Tetap perlu tafsir. Ini salah satu contoh yang terbersit di benak orang awam seperti saya:
“Kalau tidak pernah menulis dengan tangan kanan, mungkin pernah menulis dengan tangan kiri atau?” Iya kan? Makanya, buat saya pribadi, memahami Quran dengan tafsir itu sangatlah penting.


Belajar Bahasa Arab
Salah satu kesulitan yang saya alami ketika memahami teks Quran adalah tidak ada tanda baca seperti biasa ditemukan dalam teks bahasa Indonesia (Kalau ada, jumlahnya terlalu sedikit).

Adanya tanda waqaf terasa kurang lengkap ketika membandingkan teks Arab dengan terjemahannya. Mari lihat contoh ini:
إِذًا لَّارْتَابَ
Artinya:
“andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah….”

Kalau tertukar antara “idza” (إِذَا) dan “idzan” (إِذًا), maka maknanya bisa berbeda. Agar tidak tertukar, saya enaknya setelah “idzan” (إِذًا), ada tanda koma (,).

Secara harfiah, “idzan” (إِذًا) artinya “jika demikian”, sedangkan “idza” (إِذَا) artinya “jika” atau “apabila”. Maka lebih enak ditulis begini:
إِذًا، لَّارْتَابَ

Namun karena itu ditulis oleh pakar Quran, ya saya ikut saja. Tapi untuk catatan sendiri demi kemudahan memahaminya, saya gunakan saja koma. He..he..


Artikel Terkait:

"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :)

No comments:

Post a Comment