Blog | Beli Rumah | Belajar HTML dan PHP | Kontak | Gmail | Uang Adsense
Audit Sistem Informasi
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Pengobatan Ruqyah
Daftar Isi | Skripsi SI | B. Arab | Sertifikat Komputer Internasional | PrivacyPolicy | Inggris Arab

Tuesday, May 17, 2016

Hantu Bergelantung di Pohon Pete



Hello Katabah!
Rasanya, sekarang saya ingin lebih bebas lagi menulis di blog ini, tidak hanya seputar belajar komputer, bahasa asing dan uang. Saya ingin menulis tentang kisah mistik juga hahh...


Saya sekolah SD di dekat pemakaman umum. Tinggal di dekat gunung kecil yang jauh dari tetangga. Ketakutan pada hantu tidak pernah tersebar di rumah, tapi tersemai di bangku sekolah dari mulut teman-temanku tercinta.

Ada yang mengatakan bahwa di sebelah timur tidak terlalu jauh dari pemakaman, ada tanjakan sepi, hanya ada satu atau dua rumah yang sepi juga karena yang satu hanya berupa toko jualan yang tidak begitu ramai pengunjung.

Menjelang Maghrib toko tersebut biasanya tutup. Di samping toko itu ada pohon pete (bahasa Sunda: Peuteuy Lantoro). Nah, di pohon Lantoro itulah suka ada hantu bergelantungan, katanya.

Meskipun saya tidak percaya dan sudah bertekad tidak takut dengan hantu, tapi tetap ada saja rasa sedikit takut ketika jalan menjelang isya melewati pohon Lantoro tersebut. Surat Falaq-Binas pun seringkali menjadi senjata pengusir ketakutan.

Jika ada layar lebar, saya kadang-kadang nonton sendirian karena ibu dan ayah tidak suka nonton ke lapang. Pas pulang, saya harus melewati Pohon Lantoro itu. Mantra Falaq-Binas pun kembali dibacakan. Ha..ha..

Menjelang usia SMA, saya mulai memiliki banyak pemikiran. Pola pikir kritis terhadap pelajaran-pelajaran sekolah dan gaya mengajar guru-guru di sekolah seringkali terasa aneh dan membuat saya pusing untuk memahaminya. “Kenapa itu semua terjadi? Salah saya karena IQ terlalu rendah? Atau salah guru karena tidak tahu cara mengajar?” Pertanyaan ini seringkali jadi salah satu topik curhat ke guru ngaji yang sedikit agak moderat.

Karena sering curhat, pulang pun terpaksa sudah larut malam. Bahkan bisa sampai jam 12an malam. Dan di larut malam itu pun saya harus melewati Pohon Lantoro.

Ternyata, hantu yang biasa digosipkan teman-teman tak kunjung datang. Yang ada hanya pohon Lantoro ditemani batu besar di sampingnya. Memang kadang-kadang terasa ada yang bergerak terbang di belakang saya.

Tapi ketika dilihat, si hantu terbang itu adalah daun pisang yang sudah kering sedang menari-menari tertiup angin malam yang dingin menusuk keheningan.

“Selamat, selamat, selamat…!”
"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :)