Blog | Beli Rumah | Belajar HTML dan PHP | Skripsi SI
Pesantren Katabah
1000 Penghafal Quran
Pengobatan Ruqyah 37.000 lebih pembaca
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Kontak | Siap Kerja | Sertifikat Komputer Internasional | PrivacyPolicy | Inggris Arab Daftar Isi

Sunday, December 29, 2013

Kancing Bajuku Yang Terlepas

Pendahuluan kuliah sesi ini adalah “Mohon maaf kalau saya bertingkah agak kurang nyaman karena kancing bajuku terlepas satu, mungkin tadi di angkot.” Kata-kata saya ini disambut senyuman mahasiswa dan jawaban: “Enggak apa-apa kok, Pak.”


Kelas itu bersama saya dua sesi, namun diselingi istirahat dulu. Setelah beres satu sesi, kami pun istirahat dulu. Para mahasiswa dipersilahkan istirahat duluan karena saya seperti biasa mengecek kertas, buku, dan pensil di meja, takut ada yang ketinggalan.

“Maaf Pak, tadi kelihatannya Bapak kurang nyaman di kelas. Boleh saya bantu kancingnya?” Kata seorang mahasiswa yang sudah akrab di mataku. Dia itu koordinator kelas.

Aku: “Memangnya kamu bisa memasang kancing?” Saya kurang percaya karena dia laki-laki.
Koordinator kelas: “Sebenarnya saya juga bisa, Pak, tapi kurang rapi. Tuh sama Siti saja! Perempuan kan biasanya lebih rapi. Dia juga pandai menjahit lho, Pak.”

Tanpa menunggu jawaban saya, Koordinator Kelas memanggil mahasiswi yang namanya Siti. Memang tampaknya mahasiswa tidak terlalu canggung kepada saya karena saya sejak awal kuliah mempersilahkan mereka memposisikan saya sebagai orangtuanya, kakaknya, temannya, atau partner, yang penting mereka harus nyaman, namun tetap beretika.

Siti pun menghampiri kami berdua. Setelah membungkukan sedikit badannya (Sunda: mangut) sebagai hormat ke Saya, dia bertanya ke Koordinator Kelas: “Ada apa ya Mas?”

Koordinator Kelas: “Ini, Pak Komar mau dibetulin kancing bajunya. Kamu kan ahlinya. Boleh kan?”
Siti: “Boleh, tapi jarum dan benangnya di kosan.”

“Tenang saja Pak, kosan Siti tidak jauh dari sini. Jalan kaki juga bisa nyampai. Atau pakai saja sepeda motor saya!” Kata Koordinator Kelas.

Aku: “Enggak keberatan nih, Mbak?” Aku setengah tidak percaya ada Mahasiswi sebaik itu.
Siti: “Iya, Pak. Bapak kan dosen kami. Kenyamanan Bapak, kenyamanan kami juga. Mari, Pak!”

Kami bertiga berjalan menuju lantai satu untuk kemudian menuju parkir motor. Biar cepet, saya dipinjamin motor sama Koordinator kelas. Aku membonceng Siti, seorang mahasiswi cantik, anggun, sopan, dan cerdas.

Walaupun dosen, tapi karena bujangan dan jarang sekali membonceng perempuan, aku sedikit gerogi, hatiku pun degdegan. Dosen yang lain pernah bilang: “Siti itu bintang kampus, cantiknya dan cerdasnya OK punya.” Bahkan sempat disaranin jadi isteri saya segala.

“Di sini, Pak, kosan saya.” Kata Siti. Ternyata kami sudah tiba di kosannya. Sungguh perjalanan yang terlalu singkat…!
Siti: “Maaf, Pak. Kosannya kecil. Jadi, Bapak duduknya di luar karena sedang tidak ada teman-teman. Enggak apa-apa kan, Pak?”

Aku hanya mengangguk saja semakin terpesona pada sambutannya yang penuh dengan etika agama.

Siti: “Maaf Pak, silahkan masuk sebentar. Bapak buka baju dulu. Pakai dulu jaket saya. Biar nunggu di luarnya agak nyaman dikit lah. Saya nunggu di luar.” Dia tersenyum lagi.

Siti pun memasang kancing baju saya di depan kosan, kebetulan ada satu kursi dan tembokan yang agak tinggi buat nangkring anak kosan. Aku sedikit curi-curi pandang ingin memastikan: Mahasiswi ini membantu saya terpaksa atau tidak? Ternyata di wajahnya hanya tergambar ketulusan, sambil sesekali melempar senyum kecil.

Siti pun ke dalam kamar kosan lagi, dan tiba-tiba membawa segelas air putih. “Maaf Pak, sampai lupa, minum dulu! Namun adanya air putih.” Katanya. Dia pun kembali melanjutkan pemasangan kancing lagi sambil sesekali ku ajak ngobrol sedikit.

Duh ini perempuan, sudah cantik, pandai membahagiakan tamu lagi. Sikapnya, senyumannya, kata-katanya dan pakaiannya penuh dengan etika dan kenyamanan. “Sungguh beruntung lelaki yang memperisterinya.” Gumamku.

Siti: “Maaf, ada apa Pak?” Siti bertanya kepadaku dengan wajah kemerah-merahan, dan agak malu-malu. Rupanya dia mendengarkan gumamanku tadi.

Sebagai dosen aku pun agak menjaga jangan sampai aku dibuat gugup oleh mahasiswi sendiri. Langsung saja aku bilang lagi: “Kamu ini cantik dan baik deh. Saya berhutang budi padamu. Sebagai tanda terima kasih, mau saya traktir jajan bakso”

Siti: “Ah Bapak, mujinya jangan berlebihan dong! Enggak usah traktir-traktiran Pak, Siti bisa bantu Bapak juga sudah suka kok. Belum lagi sekarang kan sudah sebentar lagi masuk.”
Aku: “Tidak berlebihan, tapi fakta berkata demikian.” Aku menyahutnya sambil ketawa kecil.

Rupanya waktu kurang bersahabat. Baru juga ngobrol dikit, kancing sudah terpasang. Sebenarnya sudah dari tadi selesai, namun karena ada sedikit obrolan jadi waktunya agak lama.

Sitipun sambil menyembunyikan senyum-senyum kecilnya, menutup pintu kamar kosan. Kami menuju sepeda motor lagi, dan aku pun siap membonceng lagi bidadari yang satu ini walau hanya berjarak tempuh 5 menit saja.

Aku: “Tapi, kapan-kapan mau dong saya ajak jajan bakso sebagai tanda terimakasih? Kalau keberatan kita berdua jalan, ajak teman juga boleh.”

Siti hanya tersenyum dan memberikan anggukan kecil, seraya memberikan sinar mata dan gesture tubuh kebahagiaan atas tawaranku itu. Duuuh, Siti, Siti, inginnya saya bertanya: “Maukah dinda menjadi isteriku?” J


"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :)

5 comments:

  1. amin... aminn... amin... seribu amin kang, semoga memang jadi istrinya kelak... ngomong2 baca disini baru tahu kang Komar ini dosen, wowww deh... hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. He...he... dosennya dosen fiksi, Mas. Ini kan cerita fiksi. Saya hanya blogger pemula yang sedang belajar menulis dalam berbagai peran.

      Tapi terimakasih juga buat doanya ya... :)

      Delete
  2. wah, hebat ni ceritanya Kang, walaupun fiksi, tapi seperti betulan ni.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih atas motivasinya, Kang. Karena saya masih kesulitan pakai kata ganti orang ketiga sebagai pelakon utama, jadi pakai "Aku" dulu deh untuk belajar fiksi kali ini :)

      Delete