Blog | Beli Rumah | Belajar HTML dan PHP | Kontak | Gmail | Uang Adsense
Audit Sistem Informasi
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Pengobatan Ruqyah
Daftar Isi | Skripsi SI | B. Arab | Sertifikat Komputer Internasional | PrivacyPolicy | Inggris Arab

Wednesday, March 4, 2015

Anehnya Kalimat Bahasa Arab

Sebenarnya saya lebih dulu belajar bahasa Arab daripada bahasa Inggris. Sejak sebelum sekolah, saya sering ikut ayah ketika mengajar bahasa Arab anak-anak seusia SMA.

Kemudian kelas 4 SD masuk Madrasah Ibtidaiyah (MI), mungkin sekarang dikenal dengan SD Terpadu. Jadi, pagi masuk SD, sore masuk MI.

Namun karena belajar bahasa Arab hanya ikut guru, tanpa latihan yang rajin, tanpa berpikir kreatif, ya lurus-lurus saja, yang penting bisa mengerjakan soal. Sementara itu, saya baru belajar bahasa Inggris ketika masuk kelas 1 MTs (SMP) karena dulu belum ada bahasa Inggris di SD, baik sebagai mata pelajaran wajib maupun muatan lokal.

Alhasil, baru nyadar bahwa susunan kalimat bahasa Arab itu banyak yang aneh, tidak seperti biasanya, setelah saya agak sering belajar sendiri bahasa Inggris dan sekarang-sekarang belajar bahasa Arab.

Ini dia contoh penggalan kalimat bahasa Arab yang dikutip dari Matan Jurumiyah:


وَالْفِعْلُ الْمُضَارِعِ الَّذِىْ لَمْ يَتَّصِلْ بِاَخِرِهِ شَيْئٌ
Terjemahan harifah:
“Dan fi’il mudhari yang belum bertemu di akhirnya APA-APA.”

Kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia mungkin akan lebih enak begini:
“Dan fi’il mudhari yang belum bertemu APA-APA di akhirnya.” (Perhatikan, ‘APA-APA’ diletakkan berbeda ya…)

Nah, begitu juga dengan tulisan bahasa Arabnya. Kenapa di ujung kalimat dibaca ‘syaiun’, bukan ‘syaiin’ padahal sebelumnya ada huruf jar yang biasanya mengkasrahkan kata benda? Syaiun itu kata benda karena artinya ‘apa-apa’ atau ‘sesuatu’.

Anak-anak seusia SMA yang sudah menghapal Jurumiyah juga kebingungan. He…he.. kenapa syaiun ya….?

Ketika ditanyakan ke guru bahasa Arabku yang keren dan mengingat-ingat lagi aturan Nahwu (grammar) bahasa Arab ternyata bahasa Arab memang memiliki aturan grammar (tatabahasa) yang banyak berbeda dengan bahasa Inggris atau bahasa Indonesia.

Sebenarnya guru bahasa Arab saya juga sempat tertegun karena beliau juga tidak pernah mempermasalahkan kalimat bahasa Arab tersebut, padahal beliau sudah bukan hanya hapal Jurumiyah, tapi sudah mampu menyusun buku Nahwu dan Balaghah.

Saya bilang ke guru saya: “Kan, pertanyaan seperti ini pekerjaan saya yang tidak mau menghapal Jurumiyah alias maunya praktek langsung”. Sang guru pun tersenyum.

Nah, untuk lebih mudah dipahami saya mengganti susunan kalimatnya agar lebih sesuai dengan bahasa Indonesia, yaitu seperti ini:

وَالْفِعْلُ الْمُضَارِعِ الَّذِىْ لَمْ يَتَّصِلْ شَيْئٌ بِاَخِرِهِ
Silahkan perhatikan kalimat bahasa Arab di atas! Sekarang saya sudah memindahkan kata ‘syaiun’ sebelum ‘biakhirihi’. Nah, dengan pola kalimat ini, saya tidak lagi bertanya: “Kenapa dibaca syaiun?” Karena ‘syaiun’ tidak didahului huruf jar.

Pertanyaan selanjutnya: Kenapa penulis Kitab Jurumiyah meletakkan ‘syaiun’ di akhir kalimat? Jawabannya suatu hari kita akan bahas dalam pola-pola kalimat bahasa Arab yang sangat beraneka ragam. Intinya, pola kalimat yang dibuat sang penulis kitab tersebut sudah benar ditinjau Ilmu Nahwu (Ya pastilah, kan ahlinya. He..he…)

Untuk menambah para pemula menganalisis pola-pola kalimat bahasa Arab, mungkin penggalan takbir Idul Fitri dan Ayat kedua al-Fatihah juga bisa menjadi bahan renungan, yaitu:

Lirik takbir Idul Fitri tertulis seperti ini:
وَلِلهِ الْحَمْدُ
Terjemahannya: “Dan bagi Allah-lah segala puji.”


Sedangkan ayat kedua al-Fatihah sebagai berikut:
الْحَمْدُ اِللهِ
Terjemahannya: “Segala puji bagi Allah.”


Lalu, apa bedanya penggalan lirik takbir Idul Fitri dan ayat kedua al-Fatihah? Kan, itu hanya posisi kata ‘Allah’ yang diletakkan di awal dan akhir kalimat? Nah, inilah yang harus kita sama-sama jawab berdasarkan ilmu Nahwu, bahkan akan lebih baik berdasarkan tafsir juga ya…

Jawaban pendeknya:
Di lirik takbir Idul Fitri, kita sedang memberikan penekanan pada Allah, mengagungkan Allah, meng-Esakan Allah dan memuji Allah. Sedangkan pada ayat 2 al-Fatihah, Tuhan sedang menekankan pembahasan tentang ‘puji’.



"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :)

No comments:

Post a Comment