Blog | Beli Rumah | Belajar HTML dan PHP | Kontak | Gmail | Uang Adsense
Audit Sistem Informasi
Sistem Informasi (S1)
Manajemen Informatika
Komputer dan Pendidikan
Pengobatan Ruqyah
Daftar Isi | Skripsi SI | B. Arab | Sertifikat Komputer Internasional | PrivacyPolicy | Inggris Arab

Thursday, November 5, 2015

Beban Menurut Kesanggupannya Dalil Quran dan Bahasa Arab

Hello Katabah!
Dalil Quran yang menyatakan Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kemampuan masing-masing sangat sering terdengar terucap dari para penceramah. Namun herannya, ada saja manusia yang merasa tidak mampu menghadapi masalah hidup sehingga tak sedikit yang bunuh diri. Lalu, bagaimana keterkaitannya dalil ini dengan orang-orang yang bunuh diri dan putus asa?

Saya menyimak dulu penggalannya. Pertama, firman Allah SWT dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 233 sebagai berikut:

لَا تُكَلِّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا
Artinya:
“Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.”

Dalil pada ayat di atas merupakan penggalan dari ayat yang membahas tentang mampu atau tidak seorang ibu menyusui anaknya.

Apakah dalil di atas cocok digunakan untuk dalil semua urusan? Misal: ketika ada seseorang merasa sulit menghadapi sesuatu (urusan ekonomi), kita beri dalil di atas, apakah cocok? Jawabannya adalah kita harus membaca tafsir ayat di atas karena kalau ditinjau secara tekstual tentu tidak cocok karena berbeda masalahnya.

Kedua, Allah SWT juga berfirman dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 286 ini:
لَا يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
Artinya:
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

Dalil kedua ini tampaknya tidak ditujukan pada urusan tertentu. Dengan demikian, cocok dijadikan motivasi bagi orang-orang yang sedang merasa beban hidupnya terlalu berat.

Namun saya sedikit berbeda pendapat dengan beberapa teman ketika ngobrol ringan tentang dalil di atas. Beberapa teman memahaminya bahwa ayat di atas memberikan pesan:
“Kalau kita punya utang, maka berusahalah terus. Niscaya kita akan mampu membayar utang tersebut.”

“Kalau kita berada dalam kemiskinan, maka berusahalah dan berdoalah lebih sungguh-sungguh. Niscaya kita akan terhindar dari kemiskinan.”

Akan tetapi, saya melihat beberapa fakta:
“Ada orang yang sudah berusaha keras untuk terhindar dari kemiskinan, tapi tetap saja miskin, bahkan sampai meninggal dunia.”

Lalu, apa nasibnya dalil di atas ya…? Bukankah beban itu sesuai kesanggupan manusia? Ada yang mau menjawab, silahkan!

Bagi saya, dalil di atas hanya sebagai motivasi saja agar kita lebih ikhlas menghadapi apapun cobaan yang diberikan Tuhan. Kita tidak perlu protes karena selalu gagal. Kita tidak boleh marah kepada Tuhan karena miskin terus. Kenapa? Karena protes atau kemarahan kita tidak mempengaruhi keputusan Allah SWT.

Berusaha saja semampunya. Mati karena kelaparan atau mati karena terlilit utang bukan sebuah masalah yang sebenarnya apabila kita sudah berusaha yang terbaik untuk mengatasinya. Pasrah saja….! :D

Belajar Bahasa Arab
Kata “ßيُكَلِّفُ” termasuk fi’il mudhari yang mana perubahannya dapat mengacu pada tashrif wazan:
فَرَّحَ - كَلَّفَ
يُفَرِّحُ - يُكَلِّفُ

Melihat wazan “فَرَّحَ” sangat penting bagi saya agar tidak salah memahami arti harfiah dari kata “ßيُكَلِّفُ” karena sekilas tampak seperti kata pasif, padahal kata aktif (fi’il mudhari’ aktif).

Seandainya kata “ßيُكَلِّفُ” dianggap pasif, maka artinya menjadi “dibebani”. Sedangkan jika kata “ßيُكَلِّفُ” dianggap aktif, maka artinya “akan/sedang membebani”.


Artikel Terkait:

"Investasi Emas dan Reksadana, Untung Mana?."
Youtube: Katabah Com: Menuju 1 jt Konten :)

No comments:

Post a Comment